Minggu, 09 Oktober 2016

Andaikan Pacaran Itu Mudah

Andaikan pacaran itu mudah, ya semudah berandai-andai kalo pacaran bisa semudah "Aku suka kamu | Aku juga suka kamu" sesimple itu. Mungkin enggak akan ada lagi orang-orang yang menghujat jomblo yang suka maen sabun di malem jum'at atau cuma bisa natap waifu di depan komputer saat malam minggu.

Padahal jatuh cinta yang katanya bisa terjadi saat pandangan pertama, ketika menatap mukanya yang lucu, ataupun saat mendengar suara khasnya yang terdengar manja-manja gemas. Padahal udah merasa dekat, baru merasa doang walaupun rasanya kayak tai kucing cuma kegeeran. Tapi buat ngungkapin sesuatu terkesan sulit, bahkan saat teman bertanya "Gimana lanjutan lo sama doi?" berakhir dengan kata "yaelah kita cuma temenan doang hehehe".

Untuk beberapa orang, pacaran itu mudah, pdkt gak perlu lama-lama. Semudah mengatakan sayang kebeberapa orang, lalu pergi meninggalkan dengan bekas penyesalan. Mungkin yang simple terkesan cepat hancur. Tapi dengan PDKT yang lama pun seperti sidang kopi sianida, cuma jadi ajang tarik ulur tali BH layangan. Egois dan gengsi berada di antara kedua belah pihak, antara si cowo dan si cowo cewe.

Mungkin terlihat mudah kalo si cowo bisa dengan cepat mengungkapan rasa, tapi itu juga terjadi jika si cewe enggak perlu terus membaca pesan singkat si cowo tanpa membalasnya. Mungkin bisa secepat jadian dan secepat keluar putus duluan.

Rona merah di kedua pipi ketika di puji gebetan, keringat dingin membasah di telapak tangan ketika bersentuhan tangan, ataupun ritme jantung yang tidak beraturan saat berdekatan. Ataupun hal TAI manis lainnya. Mungkin si cowo terkesan lebay, terlalu lama merasa sendirian, atau si cewe yang tenggelam pada masa lampau.

Terlihat geregetan, sang sahabat yang biasa jadi tempat curhat seakan seperti nonton Dora the expleorer. "Eh sob liat deh, doi makin cantik banget yawlah | Ngomong mulu, tembak apa tembak | hehehe, lo tau kan kita cuma temenan."

Lagi-lagi cuma TEMEN-an menjadi alasan klasik agar tidak di paksa menyetubuhi menembak sang gebetan, diam-diam cepirit jatuh cinta, diam-diam menjadi pengagum rahasia, diam-diam stalker, dan akhirnya patah hati. Gebetan nggak suka sama si cowo, doi udah punya gebetan, dan doi lebih suka sama gebetannya yang tukang seblak samping SD.

Diibaratkan seperti tukang becak sama tukang ojek, ya mereka cuma temenan, nggak ada hubungan. "Yaelah sob, coba aja tembak dulu. Doi baru juga cuma punya gebetan, sebelum janur kuning melengkung masih ada kesempatan." Ya janur kuning memang belom melengkung, tapi siapa tau janurnya udah di copot, dan doi udah nikah duluan, kondangan udeh kelar, dan kita nggak di ajak makan undang.

Teringatnya saat malam, mungkin menunggu dirinya ngechat duluan. Karena jika si cowo yang duluan bakalan terabaikan. HHHHH CURHATKAN TAI Keberanian untuk menunggu di miliki kedua belah pihak, menunggu kabar siapa yang bercuit duluan. Mungkin sebatas wajar "Hallo" ucapnya dengan gemeteran. Kemudian typing... yang berhujung *last seen

Mungkin sempat di balas, walaupun harus menatap lima jam pada layar hp. Ini kesempatan, kesempatan membalasnya dengan pukulan cepat. Memaksa otak yang lamban untuk memikirkan kata-kata agar mendapat suatu obrolan yang amat panjang, mungkin berbicara tentang dirinya yang begitu cantik ataupun kenapa lagu PPAP jadi enak ketika lagi membedah beruang kutub yang tersedak sedotan ale-ale. Sepanjang mungkin, sampai dia berkata "Aku cape ngetik, telfon aku aja." 

 Dengan sigap mengetik namanya di smartphone, tak berapa lama mungkin di sebrang sana berbunyi tiridung...tiridung...tiridung... si Dudung anak tetangga sebelahpun mendengar.
 "Hallo"
"Iya hallo? Ada apa nelfon"
"Hehehe, gapapa kok aku pikir kamu suntuk kalo ngetik, makannya aku telfon."
"Oh."
"Hehehe, iya. Btw kamu inget nggak Bom atom yang bersianida itu ternyata bisa juga loh memulihkan bermacam-macam kudis kurap, dan effisien banget buat mengembangkan telur kodok yang lahir secara premature blaa..blaa..blaaa.." 20 menit menceritakan suatu hal yang panjang, doi terdiam. Mungkin ia tercengang dengan kepintaran yang di buat-buat.
 "Hahahaha, seriusan? Kok bisa gitu yak, padahal James kan suka sama Diandra."
"Hah? Maksud kamu?"
"Eh maaf maaf, tadi lagi ngobrol sama temen. Tadi kita sampe mana?"
"............" Tuttttttttttt. Sebelum sempat berkata kalo kita baru sampe temenan aja, akhirnya memutuskan telfon itu duluan.
Dan akhirnya, yang berandai-andai pacaran itu mudah dan berakhir seperti ini, bisa membeli intisari tambang yang kuat di toko sebelah. Senang rasanya jika terbalaskan, tapi mati rasanya jadi di jadikan temenan aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar