Senin, 08 Agustus 2016

7 Hari Selamanya "Senja" (hari pertama)

Hari ini, tepat tujuh hari aku memulai melanjutkan bisnis keluargaku. Sebagai anak semata wayang yang telah di tinggal kedua orang tua, aku harus tetap menjalani hidup. Cukup lelah untuk hari ini, dan terbayar lah atas rasa penat, karena senja cukup indah hari ini, tapi terasa sesak karna banyaknya kerumunan orang-orang yang pulang bekerja. Ya aku serasa bodoh dengan itu semua, di sini tempat umum dan wajar saja di jam pulang bekerja seperti ini akan ada banyak orang. Seketika, aku tertawa dalam pikiran. "Bodoh!" ucapku dalam hati.

Aku bergerak ke arah ujung stasiun, di sana ada bangku kosong yang terhalang tembok besar, bangku itupun cukup terlihat kusang. Yah, karna menurut ku di sana cukup sepi walaupun dengan tempat yang duduk yang kurang nyaman, tapi setidaknya cukup membuat tenang, dan tidak seriuh berada di tengah.

Cukup kaget karena ku pikir tidak ada orang di sana. Ternyata ada seorang wanita muda, dengan penampilan Arty, dengan rambut yang di kuncir buntut kuda. Ya ku  perkirakan seumuran dengan ku. Tanpa permisi, aku pun duduk di ujung bangku sebelahnya, dan kita menyisakan ruang besar di tengah bangku tersebut. Sempat sedikit mencuri-curi pandangan terhadapnya, dia pun terlalu asik dengan smartphone yang ia genggam, mungkin kehadiran ku tidak di perdulikan olehnya. Tak apa, karena aku pun juga tidak begitu peduli.

Hari ini begitu lelah dengan aku yang baru belajar merintis usaha cafe keluarga. Banyak kekurangan yang aku rasa dalam kerja ku beberapa hari ini, dan semoga akan membaik untuk kedepannya. Aku merogoh tas ku, dan mengeluarkan smartphone milik ku. Membuka sosmed untuk sekedar mencari info atau berkicau semau ku. Dan beberapa kali membalas email dari teman dan rekan bisnis.

Setelah mulai bosan, aku memasukan kembali smartphone dan mengambil notebook dan pulpen, memang kebiasaan ku menulis curhatan, puisi, menggambar atau apapun itu di sana, dengan cover bertuliskan "senja". Sesaat aku bingung ingin menuliskan sesuatu tentang apa, tidak ada yang terlintas di kepala tentang suatu hal yang ingin ku tuliskan. Pandangan ku tiba-tiba mengarah ke wanita yang masih sibuk berkutat pada smartphone yang ia genggam. Goresan demi goresan tinta mengotori lembaran putih itu, seketika gambaran wajahnya pun nampak muncul di lembaran itu. "Kau indah, terasa beda dengan warna jingga pada senja. Memancarkan...." Tidak sempat melanjutkan caption yang ingin ku tulis, aku pun berlari.

Aku pun mempercepat langkah kaki ku, apa lagi yang ku kejar? Ya tentu saja kereta yang hampir berangkat, sambil tertawa pada diri sendiri, karena terlalu terbawa suasana menggambar tadi, hingga tidak mendengar pemberitahuan kereta tiba. Ya akhirnya aku berhasil naik sebelum pintu kereta itu menutup. "Hey!!", tiba-tiba seorang wanita lari dan melompat masuk beberapa detik sebelum pintu kereta itu tertutup. "Bruukkk", kami berdua terjatuh, aku yang notabennya tanpa persiapan menangkap seorang wanita yang tiba-tiba melompat ke arah ku.
"Maaf, kau tak apa-apa kan?" Dengan wajah memerahnya yang masih tepat di depan muka ku.
"Ya, tapi bisakah kau berhenti menindihku? Kita jadi tontonan kerumunan orang, dan kau cukup berat." Erangku dengan sedikit mendorong tubuhnya agar berdiri.
"Heyy!! Jaga mulut mu!!"

Kita pun berdiri dan menyapu debu yang menempel pada pakaian masing-masing. "Kenapa kau tiba-tiba melompat?" Tanyaku
"Ini milikmu, tertinggal di bangku tadi." Ia memberikan notebook milik ku yang tertinggal. Entah apa yang terpikir olehnya, mengembalikan barang seseorang yang belum dia kenal dan baru pertama kali bertemu, ya ku pikir jarang orang seperti dia.
"Terima kasih, maaf sudah memanggilmu berat." Ucapku dengan menahan tawa yang hampir meledak. Tapi di pikir-pikir lagi, ia cukup manis dengan penampilannya itu.
"Dan seharusnya kau harus belajar menjaga mulut mu itu!!!" Dengan nada kesal dan pukulan kecil di bahuku.

Aku pun tertawa lepas, menurut ku ini hal lucu yang ku rasakan kepada orang yang bahkan tidak ku kenali sama sekali. Pikir ku apa yang terjadi dengan cerita takdir? Membuat hal lucu seperti ini agar di kenang, ya walaupun ku pikir akan menjadi cerita singkat.

Terlepas dari tawaku, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan. "Well, nama ku Lawlie, siapa nama mu?" Sambil menyodorkan tangan.
"Senja."

Dahi ku mengerut, "Senja" seperti judul di buku cover ku. Lagi-lagi aku menyambungkannya dengan takdir, karena tidak ada yang begitu kebetulan untuk hal ini, atau mungkin ia sekedar menyamakan namanya dengan cover buku milikku.
"Kau tau? Aku hampir berfikir kalo ini hanya kebetulan." Kata ku dengan pandangan mencurigai.
"Yah aku pun berfikir begitu, tapi kau tau? Aku benci penguntit, dan jangan sembarangan menulis nama seseorang yang tidak kau kenal dan menggambar wajahnya di buku milikmu. Kau bisa berurusan dengan hukum kau tau itu." Nada bicaranya semakin membuat kesal.
Dengan tersenyum aku pun membalas "Dan kau tau kan? Melihat hal pribadi milik seseorang tanpa seijin orang tersebut merupakan pelanggaran juga kan? Lihat lah tulisan pertama ku di buku ini, bertuliskan tanggal 18-03-2005, dan itu terjadi 10 tahun yang lalu, untuk sahabat ku yang bernama senja."

Dia pun terdiam, aku menatapnya dengan tenang namun tajam. Ia kembali menatap ku dengan perlahan. Pikirku nada bicara yang ku keluarkan terhadap seseorang yang telah mengembalikan barang ku yang tertinggal salah. Dan lagi di depan umum seperti ini, kita memulai kericuhan, di lihat oleh orang banyak yang hanya mencibir dan melihat sinis ke arah kami. Aku yakin karena dia sudah terlanjur malu dengan siatusi ini, ia tidak berani menatap kesekitar, arah matanya hanya tertuju pada kaki dan sesekali mengarah ke mata ku. Ya walaupun aku mempunyai rasa yang sama seperti ia rasakan. "Menahan malu."

"Zleeekk" suara pintu kereta pun terbuka, suara itu terasa samar dengan bunyi "Plaaakk" yang cukup kencang. Dia menamparku, entah apa maksudnya. Dan kemudian berlari keluar dari kereta besi ini. Aku hanya diam dan tersenyum, melihat sekeliling ku yang masih mencibir tentang kejadian tadi.

Bergegas ku keluarkan smartphone ku dari dalam tas, dan kembali membuka sosmed untuk berkicau.
"Senja yang indah, kau datang bersama dengan tawa yang akan menjadi rindu. Pukulanmu tepat, semoga menjadi hal terikat." Tertera username ku "Law", tak lama kemudian ada postingan baru di time line ku.
"Kau tahu? Pembohong ulung sepertimu yang ku benci. Membuat cerita yang membekas dan melekat pada kepala. Semoga pukulan itu membuat kita bertemu. Lagi." Dengan username "Senja".

Aku kembali tersenyum, lagi-lagi takdir seolah sedang bermain. Semoga ia tidak lupa sedang mempermainkan siapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar