Minggu, 08 November 2015

Hujan

Sudah 3 hari sejak diriku di tinggal Neza, entah kenapa perasaan ini masih terlalu kuat untuk mengharapkan dia kembali. Tetap saja, saat merasa ingin menghilangkan ingatan tentang dirinya. Tiba-tiba dia selalu hadir dalam setiap lamunanku, dalam setiap tegukan kopi hangat malam hari. Entah mungkin diriku belum terbiasa tanpa dirinya.

Seperti biasa, saat sore hari. Diriku sering duduk di balkon rumah, melihat senja yang indah, melihat sunset yang begitu cantik. Bersama segelas kopi hangat dan sebuah laptop yang selalu menjadi media untuk diriku mencari tahu tentang Neza, yah bisa di bilang setelah putus, diriku menjadi stalker. Walaupun setiap diriku melihat akun sosmed dirinya yang hanya bisa membuat diriku cukup merasakan patah hati untuk kesekian kalinya.

Tapi sayangnya sore ini cuaca terlalu mendung, sepertinya akan segera turun hujan. Dan diriku cukup kecewa, karena senja yang jingga telah tertutupi oleh awan gelap.

Hujan mulai turun dari langit yang gelap itu, membuat bumi menjadi basah dan yang paling tidak menyenangkan membuat tumpukan kenangan yang inginku kubur dalam-dalam kembali muncul ke permukaan. Seketika diriku melamunkan sesuatu, sesuatu kenangan tentang hujan, tentang tawa, candaan, dan yang paling menyebalkan semua itu tentang dia.

Dalam lamunanku tentang hujan, teringat kembali saat bersama neza. Malam itu diriku sedang merasa bosan di rumah, melihat bintang-bintang yang tampaknya tidak muncul. Entah apa langit malam ini mendung, atau karena light pollution?

Diriku kembali ke dapur untuk membuat segelas kopi hangat. Beberapa saat sedang mencari kopi di dapur, tersadar ternyata kopi yang biasa aku minum telah habis. Karena sekarang telah jam 00.00 dini hari, tidak mungkin diriku mencari warung di dalam komplek, lantas diriku bergegas ke depan komplek hanya sekedar mencari kopi, ya sekalian ingin melakukan kegiatanku setiap harinya, kegiatan berjalan di bawah langit malam.

Sesampainya diriku di depan komplek. Diriku mencoba melihat sekeliling jalan besar, untuk memastikan masih ada warung yang buka di jam setengah satu dini hari. Ternyata hanya ada satu warkop, cukup bersyukur sih karena disana aku masih sempat merasakan kopi hangat untuk melawan dinginnya malam ini.

Sesampai di warkop itu, aku memesan segelas kopi hitam. Entah mungkin bisa di bilang kopi yang biasa diriku minum ini mirip sekali seperti kopi untuk bapak-bapak atau kakek-kakek, tapi tetap saja, kopi hitam memang tiada duanya. Kopi hitam pun telah di letakkan di atas meja. Diriku yang notabennya sedang menunggu agar kopi itu sedikit berkurang panasnya. Selagi menunggu kopi itu, diriku menyempatkan untuk memainkan gadget.

"Pak kopi mocca-nya satu dong." Suara dari arah belakangku, suara yang samar-samar, seperti orang yang ku kenal.
"Neza? Ngapain lu malem-malem keluar? mana cuma pake itu doang pula." Sambil menunjuk pakaian yang dia pakai hanya sebatas kaos pendek dan celana hotpants-nya.
"Iya nih Law, gue tadi baru kebangun eh terus ngidam kopi, jadinya keluar nyari warkop yang masih buka."  Neza berkata dengan sedikit uap yang keluar dari mulutnya. Memang malam ini begitu dingin, apa lagi cuaca malam ini sedikit mendung.

Kami pun duduk bersebelahan di bangku panjang itu, menunggu kopi agar sedikit berkurang panasnya, agar bisa di nikmati perlahan demi perlahan. Cukup membuat suasana sedikit canggung sih, kita hanya terpaut pada gelas kopi yang berada di depan kita, dan sesekali kita masing-masing mencuri-curi pandang.

Sesekali diriku memergoki-nya ketika diam-diam menatapku, dan saat itu dia hanya sekedar tersenyum. Bisa ku hitung saat dia pertama tiba ke kedai ini sampai saat ini, sudah sekitar 7 kali dia tersenyum. Senyum yang manis, yang mengalahkan manisnya kopi hitam yang sedari tadi ku sruput secara perlahan.
"Nez? Lu lagi gak gila kan? Serem gue liat lu senyum-senyum terus dari tadi." Diriku berkata sedikit menggoda, dan dengan sedikit memasang senyum manis untuk dia.
"Enggak kok Law, gue emang lagi mau senyum-senyum aja. Btw gimana sekolah lu?" Pembukaan obrolan yang cukup basi, tapi entah kenapa ketika berbicara bersamanya, seakan yang tidak penting menjadi sesuatu yang enak untuk di bahas.

Cukup lama kita berbincang, hingga lupa waktu. Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 02.15 dini hari. Tak lama setelah kita berhenti berbicara, diriku menjadi sangat tertarik dengan sorot matanya, yang begitu hangat, di tambah dengan senyum termanisnya. Oh tuhan kenapa jatung ini? Tidak seperti biasanya, kali ini detak jantung seperti berpacu kencang, membuat sekitar pipi ini menghangat walaupun cuaca begitu dingin.

Entah kenapa tiba-tiba diriku melakukan eyes contact dengannya, bibir kita seolah hanya bisa terdiam. Hanya sekedar mata yang membuat diriku melamunkan sesuatu yang benar-benar hangat. Dan akhirnya kita mengakhiri eyes contact karena tiba-tiba hujan turun dengan deras.

Ah sial, kita berdua terjebak di sebuah kedai kopi. Waktu pun telah menunjukan jam 03.00 dini hari, dan sialnya pun begitu terasa dingin di tempat ini. Jujur sih mungkin bukan diriku yang merasa kedinginan tapi Neza. Apa lagi pakaian yang dia kenakan begitu tipis.
"Nez, kita kejebak hujan nih."
"Iya nih, mana udah jam segini. Aku takut orang rumah nyariin." Di situpun diriku setengah kaget, bahasa yang tadi lo - gue sekarang menjadi aku - kamu.
"Yaudah lah, palingan orang rumah juga ngertiin kok." Diriku sedang mencoba bersikap biasa saja ketika dia mulai menggunakan bahasa aku - kamu

Melihat dirinya begitu kedinginan, akhirnya diriku memberikan sweater yang sedang kukenakan saat ini. Biar lah aku merasa dingin sesaat, yang paling penting menurut ku Neza cukup mendapatkan kehangatan, walaupun hanya sekedar sweater tipis yang masih bisa tertembus angin dingin malam ini. Ya setidaknya rasa dingin malam ini akan sedikit berkurang untuknya.

Ketika diriku hendak memberi sweeter itu. Tiba-tiba Neza menarik tanganku, keluar dari tempat kita berteduh, membuat seluruh tubuh kita basah. Hujan yang turun dengan deras, dinginnya angin malam. Ah semua itu telah kalah dengan hangatnya genggaman Neza.
"Nez! Lu gila yak? Ini jam 3 pagi, dan lo ngajak gue mandi ujan? Dan gue sih gak masalah, tapi lo nanti sakit Nez." Diriku berkata dengan nada khawatir yang cukup cepat. Dia pun hanya tersenyum sambil menatap ku dengan dalam.
"Law, pliss malem ini aja. Tolong temani aku melewati dini hari ini, aku ingin menunggu fajar bersama kamu."
"Nez, tapi aku gak mau kamu.." Diriku hanya bisa terdiam, seperti patung. Tanpa sepatah kata, dan pipi ini pun mulai menghangat kembali. Neza orang yang membuatku mematung di tempat, hanya karena ciuman di pipi.
"Law, tenang. Kamu gak perlu sekhawatir itu kepadaku. Selama aku masih bisa melihat kamu, aku tidak akan mudah sakit, karena kamu adalah obat dari segala sesuatu yang menyakitiku."

Diriku kembali mematung ketika dia berkata seperti itu. Tuhan bisa kah kau menghentikan waktu ini sebentar? Untuk diriku menjernihkan pikiran ku ini, yang sedari tadi belum percaya dengan apa yang dia lakukan. Kembali Neza merangkul lengan ku, melewati jalan komplek yang sunyi, di bawah hujan pagi yang begitu dingin. Tapi entah kenapa saat bersama Neza, dinginnya hujan ini tidak begitu terasa. Hangatnya rangkulan Neza mengalahkan semua dingin itu.

"Gubrakkk." Neza tiba-tiba saja terjatuh di kubangan air hujan. Diriku mencoba menahan tawa itu, namun tidak bisa, tawa ku pun membuat suasan dingin itu menjadi semakin hangat. "Arggggh, sial aku terpleset." dia berbicara dengan nada kesal, yang semakin membuat diriku tertawa lepas.
"Kamu gapapa?" Tanya ku dengan nada yang sedang menahan tawa.
"Gapapa kok, bantuin diri dong."
"Yaudah sini, pegang tanganku." sambil menyodorkan tangan ku

"Gubrakk." Neza begitu jahat, dia tidak terima ketika diriku mentertawakannya ketika jatuh, dan dia pun hanya tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan "Kalo aku jatuh, kamu harus ikutan jatuh juga." Dengan sedikit menunjukan muka isengnya di campur dengan senyum yang bisa membuat diriku mati mematung.

Tak lama setelah, diriku mencoba membangunkannya sekali lagi. Tanpa sadar dia pun meringis kesakitan, munkin kakinya terkilir. Aku yang sedari tadi tidak merasa kasian dengannya, akhirnya dia aku gendong ke tepian trotoar untuk sekedar di pijit agar tidak terlalu sakit.
"Bodoh, makannya hati-hati, klo udah gini kan kaki kamu juga yang sakit." Diriku berbicara dengan nada penuh dengan ke khawatiran.
"Maaf, namanya juga kecelakaan, gak tau kalo jalan tadi begitu licin." Berbicara dengan mimik muka yang merasa bersalah.
"Yaudah, sekarang kamu naik ke punggungku. Setidaknya sampe rumah kamu, jangan di jalanan seperti ini. Apa lagi hujan semakin deras."

Neza pun mengiyakan apa yang aku tawarkan tadi. Huft cukup berat juga ternyata dia, dan sesekali tangan ku terpleset saat menggendong dia. Cukup susah menggendong orang saat hujan seperti ini. Sepanjang jalan kita hanya mentertawakan kejadian jatuh tadi, hingga tak terasa satu blok komplek lagi sudah berada di rumahnya.

Saat tiba di depan gerbang rumahnya, aku langsung pamit, karena menurut ku jam segini bertamu ke rumah orang cukup tidak enak untuk di lihat tetangga. Ketika diriku pamit, Neza dengan cepat menggenggam tangku, memelukku dengan tubuh basahnya. "Nez, aku pulang yak, gak enak jam segini bertamu kerumah cewe." Diriku berkata sambil perlahan-lahan melepaskan pelukannya.

Akhirnya Neza pun menganggukan kepala yang bertanda mengizinkan aku untuk pulang. Sebelum benar-benar kita terpisah, Neza menarik tangan ku sekali lagi, menjinjitkan badannya, lalu mencium kening ku dengan berkata "Terima kasih Law, buat malam ini." Dengan senyum manisnya, senyum yang membuat diriku selalu mematung, dan kali ini pun telah 14 kali Neza memberikan senyum manisnya di depanku. Entah lah, tidak ada habis-habisnya diriku menghitung hal-hal yang tidak penting seperti ini. Tapi bersamanya menurutku selalu menjadi yang terpenting.

Minggu, 04 Oktober 2015

Melewati Malam

Malam yang dingin. Aku berjalan sendiri, menahan dinginnya angin malam, dan berjalan di temani cahaya rembulan yang cukup terang, tanpa bintang yang tidak menapamkan diri di langit malam.

Malam ini aku berjalan sendiri, kira-kira pukul 02.00 dini hari. Di kesendirian ini aku masih menyempatkan mengingat kamu yang selalu berada disampingku. Merangkul tangan dingin ini, berbicara, tertawa, membuatku cemberut. Membuat aku tiba-tiba merasa rindu. Rindu akan nafasmu yang seakan membuat bulu-bulu kecil ini terasa hangat.

Kita berjalan bersama, melewati malam dengan ribuan bintang yang tak nampak di langit malam. Berbagi cerita. Dan aku selalu berfikir. Apakah malam cemburu kepada kita? Karena dingin malam telah di kalahkan oleh hangatnya pelukan kita. Namun seketika itu pula bayangan masa lalu itu memudar. Aku tersadar dari lamunan itu, aku sadar kalau malam ini sedang tidak lagi bersamamu. Bahkan mungkin bukan untuk hanya malam ini, tapi mungkin memang untuk kedapannya aku tidak bisa lagi merasakan itu semua. Karena hubungan yang telah kamu sudahi ini, membuat diriku sangat terlalu terpukul. Membuat aku merasakan patah hati untuk kesekian kalinya. Membuat seorang laki-laki, terlalu hanyut dalam sebuah perasaan, dan tiba-tiba menjadikanku bagaikan wanita. Mungkin jika seseorang melihat ku yang sedang mencoba menahan sedih, mereka pasti akan tertawakanku. Bukannya aku lemah soal perasaan, tapi memang kali ini aku terlalu mencintainya. Dan dia pun menyudahin hubungan ini ketika diriku masih begitu menyayangin-nya.

Namaku Lawdie Alexander, seorang anak SMA yang sedang mencari jati diri. Seorang yang sedang merasakan patah hati ketika melewati malam seorang diri. Aku adalah cowo SMA yang cukup populer di kalangan para wanita-wanita yang suka menggosip. Ya, walaupun aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan tentang diriku, tetap saja aku tidak begitu peduli. Aku hanya menganggap mereka sekelompok burung pelikan yang sedang berkumpul untuk menunggu ikan terdekat untuk dimakan. Dan yang ku tau mereka hanya sedang membicarakan apa yang mereka tidak tau, yang hanya mereka lihat dari apa yang terlihat, tapi tidak pernah tau apa kebenarannya.

Law, panggilan teman-temanku untuk ku, di ambil dari 3 huruf nama depan ku. Seoalah namaku terdengar seperti tokoh petarung di game tekken yang bertarung dengan gaya bruce lee. Sedangkan keluargaku memanggil ku dengan sebutan Diel. Dan sampai sekarang aku pun tidak mengerti kenapa mereka memanggilku seperti itu. Tapi aku tidak terlalu memusingkan panggilan itu semua, yang jelas aku tetap nyaman dengan panggilan yang mereka buat untukku.

Kembali berjalan di daerah komplek perumahanku, biasanya sebelum sampai dirumah aku dan Ariadne Firza atau yang biasa ku panggil dengan sebutan Neza. Dia adalah pacarku kala itu, bukan untuk malam ini, karena dia telah mengakhiri hubungan kita.

Neza adalah cewe yang ku temui 2 tahun lalu, ketika sedang liburan keluarga di bandung. Saat itu kita bertemu tanpa kesengajaan. Bertemu ketika kita berada di sebuah penyewaan kapal pedal, dan terjadi perselisihan untuk merebutkan kapal terakhir yang tersisa. Dan berakhir untuk berbagi kapal tersebut bersamanya. Cukup kesal, karena memang aku sengaja berpisah dengan keluargaku untuk menyendiri dan menikmati pemandangan danau di bandung itu. Tapi berakhir dengan berbagi kapal yang hanya cukup untuk berdua, dengan seorang yang bahkan belum aku kenal.

Saat itu penglihatanku tentang Neza hanya lah seorang cewe ababil yang cerewet. Memang dia cukup cantik dengan rambut panjangnya, hidung mancung, bibirnya yang cukup menggoda, dan bola mata-nya yang besar dengan pupil mata hitam pekat. Tapi sayangnya dia adalah cewe berpenampilan natural, berpenampilan kurang menarik, dan tanpa ada polesan sedikit pun diwajahnya. Saat berada di atas kapal kecil itu, kita sedikit canggung, penyebabnya ya memang karena perselisihan perebutan kapal tadi.

Dia terlihat diam memandangi pemandangan, dan diriku hanya sibuk mengabadikan karya tuhan yang memang indah itu dengan camera ku. Sesekali diriku mencuri-curi pandang, melihat dia yang sedang melamun seperti seseorang yang bosan dan menahan kantuk. Sesekali diriku mencuri fotonya, mencuri foto dirinya yang melamun. Tersenyum kecil diriku, merasa cukup jahat ketika melakukan tindakan mencuri foto kepada orang yang bahkan belum ku kenal.

Selesai mengabadikan pemandangan danau itu, seketika aku mulai cukup bosan. Dan cewe di sebelah pun tetap melamun memandangi danau. "Hey, gue Law. Lawdie Alexander", diriku mencoba memecahkan suasana canggung itu, mengulurkan tangan untuk berjabat. Tapi dia masih tetap diam dan mengacuhkan tangan ku. "Hemm, okey." diriku menarik tangan ku kembali dengan raut muka yang cukup kesal dengan sikapnya. "Ariadne Firza", dengan nada jutek-nya dia memperkenalkan namanya.

Ariadne Firza, hemm nama yang cocok untuk gadis cantik berambut panjang itu. "Lo marah sama gue? Soal kapal ini? Ayolah kan memang sisa satu, dan gue juga lagi pengen keliling danau." diriku membuka obrolan untuk mencairkan suasana canggung. Dia masih terdiam dalam lamunannya, aku pun kurang mengerti dia mendengarkan apa yang kukatakan atau tidak. "Gue gak mempermasalahkan masalah kapal ini, ya memang gue cukup kesel, tapi ya gapapa lah. Setidaknya gue bisa tidur disini." Cetusnya masih dengan nada jutek.

Akhirnya kita kembali dalam diam. Dia diam lamunannya dan aku kembali sibuk melihat hasil foto-foto ku di camera. Tiba-tiba belum sempat semua hasil foto itu aku lihat, entah kenapa diriku merasa berat ketika mengayuh pedal kapal bebek itu, dan tersadar. Tenyata aku mengayuhnya sendirian, Firza yang sedari tadi melamun, tiba-tiba tidur dengan pulas disampingku yang sedang berusaha mengayuh sekuat tenaga. Terfikir di kepalaku untuk mengabadikan kejadian ini. Ketika diriku sedang mempersiapkan camera, diriku cukup kaget karena Firza tiba-tiba menyandarkan kepala-nya di bahu ku. Aku terdiam dan bingung harus melakukan apa, pada akhirnya diriku membiarkan dia tertidur dan mengayuh kapal itu sendiri sampai ketepian. Karena dia tertidur seperti ini, diriku mencoba untuk menahan kepalanya dengan tangan, agar tidak terjatuh secara tiba-tiba karena tubuhku yang bergerak ketika mengayuh pedal kapal itu.

Sesampai kita di tepian, diriku mencoba membangunkannya dengan cara menampar pelan-pelan pipinya, dan tak lama pun dia sudah terbangun. Mengucek-ngucek mata, dan terdiam sebentar, tapi masih tetap menyandarkan kepala-nya ke bahu ku. Aku berfikir mungkin dia terlalu lelah hingga tidak sadar kalau dia masih bersadar kepadaku. Dia pun mengangkat kepala lalu turun dengan perlahan dari kapal itu. Diriku yang notaben-nya masih berkeringat karena cukup lelah mengayuh sendiri kapal itu hingga sampai ketepian. Perlahan dia meninggalkan ku sendiri di tempat penyewaan kapal itu. Tapi tiba-tiba saja dia berbalik arah sambil merogoh-rogoh tas ransel yang dia bawa dan mengeluarkan sapu tangan berwarna ungu dengan sedikit notif bunga di ujungnya. "Nih bersihin dulu keringat lu." sambil memberikan sapu tangan itu. Aku hanya tersenyum kecil lalu mengambil sapu tangan itu dan berkata, "Thank's yak, btw lu gak takut gue apa-apain tadi?" Diriku mencoba menggodanya. "Gue tadi cuma setengah tidur, jadi kalo lu macem-macem ya pasti gue sadar. Dan walaupun lu macem-macem, mungkin di kapal tadi gue udah ngedorong lu sampai jatuh ke danau." Dia berkata dengan nada candaan sambil tersnyum manis. Sungguh lukisan tuhan yang lebih indah dari pemandangan danau ini, membuat diriku tersipu malu. Membuat detak jantung tidak beraturan. Irama detak jantung yang mengebu-gebu ini seakan membuat diriku gelisah tapi di sela-sela itu diriku begitu menikmatinya.

Aku yang sedang melamun, dan memikirkan apa yang terjadi saat ini. Tiba-tiba tersadar karena dia diam-diam melangkah pergi, meninggalkan aku yang sedang merasakan rasa yang aneh ini. Ketika cukup jauh dari jarakku terdiam, dia pun berteriak "Terima kasih" sambil tersenyum manis kepadaku.

Diriku hanya terdiam, mencoba menormal kan otak yang sedang mengalami gangguan. Dan tanpa sadar diriku berfikir "Apa aku jatuh cinta kepada orang yang baru kutemui?" dan aku hanya bisa menjawab "Mungkin" sambil tersenyum simpul.

Jumat, 11 September 2015

Aku Si Penikmat Kata-kata

Holaaa, balik lagi dengan gue jomblo ganteng yang baik hati. Ups btw kata "Jomblo" udah mesti di hapus, so sekarang gue lagi ngejalin sebuah hubungan. Okey bukannya gue mau nge judge temen-temen jomblo sekalian. Tapi gue mau mengingatkan aja, jangan kelamaan deh diem-diem doang dan gak mau cari seseorang, jangan sampe jodoh lu direbut sama orang lain xD

Oke gue gak mau memperburuk suasana. Gue juga udah lumayan lama gak nulis lagi di blogger gak jelas gue ini, sebenernya sih bisa di bilang bukan nulis, lebih tepat gue kebanyakan curhat yang gak jelas gitu. Dan gue juga gak mau memperburuk curhatan gue kali ini, jadi kita langsung aja ke alur ceritanya.

Disini gue mau jelasin seseorang yang begitu menikmati kata-kata, dan yang gue maksud adalah orang yang begitu percaya kepada kata-kata seseorang. Gue mau ceritain kenapa rata-rata orang lebih memilih mereka yang mempunyai kata-kata manis, ketimbang suatu pembuktian. Entah kenapa itu juga yang gue alami saat ini. Oke gue jadi wafer eh baper deng.

Alasan yang begitu kuat kenapa rata-rata orang memilih mereka yang bermulut manis. Ya karena kata-kata mereka itu seperti sebuah penyemangat, walaupun pembuktian mereka jauh berbeda dari apa yang mereka katakan (NB:mereka yg gue maksud orang yg suka memberi kata-kata manis). Orang yang jelas-jelas memberikan sebuah pembuktian kadang kalah oleh orang yang memberikan kata-kata manis. Karena kata-kata itu adalah sebuah doa yang penuh harapan. Entah itu akan terjadi atau tidak, yang jelas harapan itu cuma satu, "TERKABUL" :)

Entah mesti dibilang apa buat mereka yang terlalu menikmati kata-kata, sampai kadang melupakan apa itu pembuktian. Melupakan apa yang benar-benar membuktikan, ketimbang mereka yang terus mengucapkan janji manis yang selalu menjadi penyemangat.

Kadang bingung untuk menetapkan siapa yang salah siapa yang benar. Menetapkan hati pun cukup sulit untuk memilih mana yang membuktikan dan mana yang selalu mengucapkan hal-hal manis. Yang jelas orang-orang yang hidup dalam nikmatnya sebuah kata-kata, adalah mereka yang terlalu mencintai orang itu. Oh bukan, yang jelas salah mencintai. Dan kadang berfikir untuk berhenti karena ucapan mereka yang tak kunjung terkabul, yang tak kunjung terlihat dalam sebuah pembuktian.

Tapi lagi-lagi dengan ucapan manis itu, mendatangkan semangat untuk terus berjalan kembali lagi. Tanpa sadar kata "Menyerah" hanya melewati kepala. Entah kenapa kaki mulai terus berjalan untuk melanjutkan, untuk menuju ke sebuah suara yang terdengar merdu, nyaman, dan menjadikan sebuah moodboster. Walaupun tanpa disadari kata-kata yang terdengar itu adalah racun termanis :)

Begitu bodoh bukan yang menikmati kata-kata? Hanya memperjuangkan yang terdengar manis, tapi mengabaikan yang telah membuktikan. Lagi-lagi sang penikmat kata-kata tidak pernah berfikir konsekuensi-nya, mereka terlalu terbawa suasana suara merdu itu. Seakan suara itu mendorong untuk terus kedepan, bagaikan sebuah bisikan "Percaya lah suatu hari akan ku buktikan", dan si penikmat terus dan terus mencoba percaya. Walaupun pembuktian tak pernah datang, tapi mereka tetap menunggu.

Menunggu hari demi hari, pembuktian pun tak pernah terlihat. Tapi tanpa sadar sang penikmat kata-kata tetap mempercayai kata-kata manis itu.

Dan apa yang terjadi setelah apa yang ditunggu oleh sang penikmat kata-kata tak kunjung datang juga? Sang penikmat kata-kata yang sedang menunggu pembuktian akhirnya lelah, walaupun terkadang masih tetap berharap. Dan akhirnya si pembuat suara manis itu menghilang. Selangkah demi selangkah menghilang. Hanya meninggal seseorang yang sedang menunggu pembuktian.

Entah apa yang ingin dilakukan si pembuat suara manis itu, entah ingin mencoba mencari korban baru? Yang jelas si penikmat kata-kata hanya bisa tersenyum dari kejauhan.

Merasa kesal? Marah? Mungkin si penikmat kata-kata merasakan itu semua, tapi si penikmat kata-kata percaya, apa yang dikatakan si suara manis itu adalah sebuah doa. Dan sebuah doa memang terkadang tidak terkabulkan, bukan tidak. Tapi kemungkinan besar doa itu terwujud oleh orang setelahnya (:

Sabtu, 21 Maret 2015

Cintaku Bau Kencur

Cinta ku bau kencur a.k.a Cinta pertama.

Holaaa, balik lagi dengan gue om-om pedopil tanpa kumis yang tampan dan rupawan. Ngomongin Cinta bau kencur alias cinta pertama. Pasti rata-rata orang pernah mengalami-nya, dan survei membuktikan. Cinta pertama hadir saat kita masih di bawah kelabilan, kencing belum lurus, masih bau kencur. Yaps, rata-rata saat masih kecil, mungkin rata-rata saat SD atau SMP, tapi klo yang mengalami saat SMA mungkin dia telat dateng bulan. *eh maksudnya telat merasakan.

Contohnya gue mengalami cinta pertama gue saat gue kelas 3 SD, dulu tuh gue mirip kayak monyet botak berponi. Bulu kaki gak ada, tapi poni gue panjang-panjang kayak anak monyet lagi nongkrong di pinggir jalan. Saat itu gue kelas 3 SD dengan dandanan yang (gak banget) keren, duduk di belakang dua cewe ingusan. Saat itu gue juga duduk dengan sohib gue si kiting (namanya gue samarkan sesuai rambutnya dia).

Pada hari itu gue lagi asik becanda sama dua cewe yang duduk di depan gue, kita pun sering nyontek bareng-bareng, ketawa bareng-bareng, mandi pun bareng-bareng (eh yg mandi enggak ding). Pokoknya semua-nya serba bareng deh. Tapi akhirnya kita maen jodoh-jodohan. Layaknya anak kecil yang gak tau apa-apa, gue di pasangkan dengan cewe yang bernama fira, dan si kiting di pasangkan dengan si lumba-lumba. Lumba-lumba? Uh gue juga gak tau kenapa gue sama temen gue manggil dia dengan sebutan lumba-lumba, tapi yang jelas itu yang membuat gue dan temen gue jatuh cinta dengan dia >///<

Gue dan kiting jatuh cinta dengan orang yang sama? Yah gue emang tau kalo si kiting suka sama si lumba-lumba, tapi kiting gak tau kalo gue juga suka si lumba-lumba. Dan yang gue lakuin ya, ngesupport kiting, supaya kita tau apa saja tentang cewe yang dia taksir. Layaknya anak kecil baru menemukan hal seru, kita berpertualang, kita jalan dari ujung ke ujung untuk menemukan rumah si lumba-lumba. Dan akhirnya kita pun pulang tanpa tau informasi apa-apa.

Layaknya anak kecil, kita juga hanya sekedar naksir. Tidak untuk pacaran, kita hanya ingin sekedar tahu bahwa dia adalah cewe yang udah ngebuat kita gak berhenti memikirkannya setiap malam sebelum tidur itu seperti apa di luar sekolah, atau bagaimana kehidupan dia sehari-hari.

Saat itu disekolah gue sedang mengadakan pramuka, tapi saat itu pramuka disekolah gue cuma di ajari baris-berbaris dan upacara, jadi gue sempet males setiap ada kegiatan ekskul pramuka. Tapi hari itu beda, hari itu kami nge game gitu, kayak kuis, dan kami pun disuruh pembina untuk melakukan pertunjukan. Buat anak cewe mereka di suruh nge-dance, dan anak cowo-nya disuruh breakdance. Alhasil anak cowonya cuma bisa breakdance ala manusia ayan, ada yang mirip orang kesurupan, ada juga yang kencing dicelana. Itu kencing dicelana gara-gara grogi di depan banyak anak-anak pramuka lainnya.

Tapi yang gak disangka-sangka, ternyata regu cewe nge-dance-nya keren, mereka pake lagu dokter cinta. Dan disitu gue tiba-tiba terpesona dengan si lumba-lumba, dia cantik banget saat nge-dance, gue sampe gak berhenti memandangi dia, dan sampe liur gue berceceran, mengeluarkan bakteri-bakteri mesum. Dari sore itu hingga malam gue terus mikirin dia, saat di joget juga, dan sampai malam itu lagu "Dokter cinta" terus mengdengung di kuping gue, lagu yang membuat gue jatuh cinta di masa kanak-kanak gue. Kiting? Mungkin dia mengalami hal yg sama dengan gue.

Hari demi hari telah berlalu, rasa cinta ini makin kuat, lagu dokter cinta makin teringat, pertualangan gue dengan kiting pun semakin menjadi, kita berpertualang mencari rumah lumba-lumba, walaupun hasinya tetap nihil.Tapi di hari itu kita dapat bocoran rumah-nya berada disekitar kampus. Dan akhirnya kita pun berangkat menuju daerah rumahnya, muter-muter seperti bolang. Dulu tuh lagi jaman-jamannya film bolang (bocah petualang), tpi disitu bolang pasti memakai dasi yg mirip dasi pramuka, warna merah. Tapi kali ini gue sama temen gue lebih mirip bocah ilang, yang mengenakan celana bolong di bagian bokong, dan kaos kumal yang bolong dibagian ketek.

"Jegerrr", tiba-tiba gledek terdengar. Oh itu bukan dari langit, tapi dari hati gue yg tiba-tiba bertemu dengan do'i. Seharusnya gue bersikap wajar aja sih, tapi kali ini gue belom siap ketemu dia, gue masih mengenakan pakaian bekas pup kemaren, gue tengsin, gue mau MATI AJAH. Tapi gue urungkan niat itu, gue dan kiting langsung kabur saat ketemu dia di gang. Dan akhirnya pulang dengan senyuman puas karena berhasil menemukan rumahnya.

Dan hari berikutnya gue sering pergi ke daerah rumahnya, lari pagi dekat rumahnya, nonton bola dekat rumahnya, dan berharap dia akan melihat gue dari kejauhan. Tapi selama itu juga gue belom mendapat hal yang jelas, lagi pula dia gak pernah tau gue suka sama dia. Dan gue gak pernah memberanikan diri untuk mengatakannya. Hari demi hari pun telah berlalu, pada dasarnya yang telah bertemu pasti berpisah, dan hari itu pun terjadi, kita tidak satu sekolah lagi. Dan cinta pertama harus berpisah di sebuah persimpangan, apa kah bertemu kembali? Mungkin suatu saat kita akan berjalan bersama lagi >///<

Tahun demi tahun berlalu, cinta bau kencur pun terasa hilang. Tapi pada dasarnya cinta itu tidak hilang, hanya saja tersimpan di benak yang paling dalam. Menjadi sebuah kenangan awal mengenal cinta.

18 maret kemarim gue berulang tahun yang ke-17, udah semakin tua aja gue, tapi tetep ganteng (xD). Dan lumba-lumba pun mengucapkan wish ke gue. Cukup kaget sih, ya walaupun gue tau, kalo dia tau gue ulang tahun gara-gara notif di sosmed. Dan akhirnya kita pun berbincang dan sesekali flashback ke cerita-cerita masa lampau.

Weekend ini dia ingin ikut gue untuk lari pagi, dan gue mengiyakannya. Gue dari semalem gak bisa tidur karena terus memikirkan apa yang akan terjadi esok? Gue bingung akan membahas apa saat kita bertemu lagi. Dan malam sebelum hari H nya, gue udah prepare duit di dompet, dan tidur.

Pagi itu gue terbangun jam 5 pagi, gue bangun cuci muka, gosok gigi, dan siap berangkat. Dari rumah gue berlari, tapi di tengah-tengah jalan, pant*t gue berfotosintesis, mengeluarkan aroma segar dari pant*t gue, dan oksigen pagi itu telah tercampur dengan oksigen dari pant*t gue. Kita udah janjian di gang deket rumah dia, di gang yang dulu gue pertama kali bertemu didaerah rumahnya. Seketika itu juga gue merasa berjalan dimasa lalu, tapi semua sedikit berubah, lapangan bola telah hilang berganti gedung kampus, dan disitu saya merasa sedih, tiba-tiba muncul gambar polwan.

Setelah kita bertemu, gue langsung senyum dan mandangin dia. Di perjalanan gue bertanya tentang kehidupan ponpes dia, yah walaupun agak kaku, tapi diperjalanan kita kali ini tidak terlalu garing, obrolan kita pun lumayan nyambung. Saat sampai tujuan, dia gak ikutan lari sama gue, soalnya abis operasi, jadi dia nungguin gue di bangku taman itu. Satu putaran udah gue lewatin, dua putaran, dan yang puntaran ketiga gue langsung mencari tukang minuman dan makanan. Gue membeli 2 botol minuman dan 1 bungkus kue cubit, dan langsung menghampiri dia. Ketika gue berjalan munuju tempat dia, gue terpeleset di tanah. Karena tanah yang agak basah dan cukup menanjak jadi ketika gue melewatinya tiba-tiba jatuh. Enggak sakit sih, tapi cukup buat tangan gue kotor penuh tanah.

Gue menghampiri dia yang sedang duduk bengong di kursi taman itu, "nih" sambil memberi botol minuman kedia, dan karena gue sebagai cowo yang keren. Jadi dia gue ajak makan, gue tawarin ini itu dia gak mau terus, dan akhirnya gue bilang aja "jangan kayak anak SD deh", akhirnya dia mau juga. Dia mau gue ajak makan bubur, walaupun jahat banget ngajak cewe makan di pinggir jalan. Ya walaupun enggak di tengah jalan, yang penting mah makan.

Kita makan bubur di pinggir jalan, duduk disamping tukang tambal ban. Di sela-sela makan, gue ngomongin temen-temen SD kita dulu, ngomongin gue lagi deket sama siapa, dan ngomongin hal-hal sedikit pribadi. Tapi entah kenapa gue lebih suka mandangin dia ketimbang mendengarkan ceritanya. Gue melihat jam, gue berfikir cukup sampe sini aja, sebaiknya gue ajak dia pulang, takut kecapean. Akhirnya kita pulang dengan masih membahas hal-hal yang cukup pribadi. Seiring berjalan, gue selalu berfikir. Kita akan berpisah lagi, menjauh, menjadi seakan tidak kenal. Kita akan tetap menimbum rasa itu, tidak akan hilang. Tetap bersemayam, dan tumbuh kembali ketika bertemu.



PS : "Saat kita bertemu cinta pertama yang telah hilang, entah kenapa memory itu kian muncul kembali. Kenangan masa lampau yang telah terhimpit kenangan baru tiba-tiba bermunculan. Seperti bergerak mundur, mengingatkan hal-hal yang dulu sudah terpendam."

Rabu, 14 Januari 2015

Aku Si Kakek Jomblo (aku jin botol) Chapter 3

"Aku si jin, aku datang saat di butuhkan dan pergi saat mereka telah bahagia." Kata-kata itu telah menjadi motivasi hidup gue. Dari dulu gue selalu ingin membatu orang yang sedang kesusahan, dan pergi ketika mereka telah bahagia. Kenapa? Karena gue hanya akan merusaknya lagi ketika gue hadir di tengah-tengah kebahagiaan mereka (:

Di saat perjalan kita sering becanda. Kadang gue iseng ngerem mendadak sampe dia teriak "Ahhh, sialan lo" sambil mukul kepala gue. Gue sih ketawa-ketawa aja. Dia pun juga sering banget iseng, kadang dia goyang-goyangin motor gue, dan hampir nabrak pot tanaman orang. Terus juga setiap ada orang lewat di samping kita, dia selalu bilang "Haiii om, haii tante" sambil melambaikan tangan seperti orang gila. Gue sampe ketawa ngakak, lalu dia bilang ke gue "lo malu ya jalan sama orang gila kayak gue?". Sebenernya gue sih gak malu, malah gue seneng, soalnya lucu gitu. Tapi kaget aja, kok cantik-cantik otaknya geser. "Gak lah, gue malah seneng cewe gokil kayak lo". Dia tersenyum dan tertawa terus-terusan sepanjang jalan, dan kita pun di liatin orang banyak. Gue yakin pasti orang-orang mikir kalo kita tuh orang gila yang baru keluar dari rumah sakit jiwa. Tapi kita santay aja sambil ngasih senyum najis ke orang-orang yang ngeliatin kita.Gak sampe situ aja kegilaan kita, kita masih teriak-teriak dan nyanyi diatas motor. Sampe di tegor sama babysister bermuka om-om kumisan yang kekar.

Akhirnya kita pun mulai terasa lelah sehabis teriak-teriakan. Gue memberi saran untuk istirahat minum dulu. Kita pun berhenti sejenak untuk minum. Tapi aneh-nya tiba-tiba hujan turun dengan cukup deras. Gue bingung soalnya gak bawa jas ujan, dan gue juga kasian sama Siska. Kita berteduh di warung kaki lima di pinggir jalan. Tapi malangnya kita gak nemuin tempat buat berteduh yang pas buat berdua. Akhirnya kita neduh, ya walaupun yang kehujanan jadi-nya cuma gue doang, soalnya tempat berteduh-nya gak muat untuk berdua. "Lo gapapa keujanan gitu? Sini aja mepet dikit ke gue" dia menyarankan gue untuk berdiri di samping dia. "Udah gapapa tenang aja, dari pada lo yg kebasahan. Oh iya gue beli minum bentar ya?". Gue pun lari ngibrit ke warung kaki lima buat beli 2 botol minuman. Dan tiba-tiba "Hey ces liat gue deh", gue menengok kebelakang, dan melihat dia sedang asik bermain hujan. "Eh lo ngapain? Nanti sakit, mending neduh aja" sambil memegang tangannya dan menarik dia untuk berteduh. "Ahh gue gak mau, ke kedai bakso itu aja yuk kayaknya enak deh" sambil nunjuk ke kedai bakso yang berada di sebrang jalan. "Tapi kan ujan? Nanti lo kebasahan terus besok sakit lagi." gue berkata dengan nada sedikit khawatir. "Cielah perhatin banget sama gue, udah tenang aja, gue juga laper nih" dia tertawa kecil sambil senyum-senyum. "Bukan perhatian, tapi kan lo cewe. Pakaian lu juga begitu sis, kalo lo sakit ntar gue gimana?" gue berkata dengan sedikit nge-gombal. "Ahh au amat ces, yaudah yuk".

Gue pun pasrah aja deh. Gue menggengam tangan-nya untuk menyebrang jalan. Ketika sampai di sebrang, kita pun langsung masuk ke kedai. Untungnya di sebelah kedai itu ada yang jualan handuk, jadi gue beli handuk dulu buat mengeringkan tubuh kita yang basah itu. "Nih keringin dulu tuh, nanti masuk angin loh" sambl menyerahkan handuk. "Makasih" kata dia sambil memberi senyum. Gue memesan 2 mangkok bakso, dan bertanya "Lo mau minum apa? Yang anget-anget aja buat ngangetin badan" gue menyarankan. "Gue mau bir ces". Aduh gak beres nih cewe, dikit-dikit bir mulu. "Ahh apaan sih lu bir mulu, kopi aja ya? atau teh?". Dia berfikir sejenak dan akhirnya memutuskan "Hemm yaudah gue mau kopi". Kita pun memesan 2 mangkok bakso dan 2 gelas kopi hangat.

Sesaat kita hendak mau makan, tiba-tiba ada yang menegor kita. "Hayoo lo, ketauan pacaran mulu. mana ujan-ujanan lagi" kata seorang cewe yang tiba-tiba menepuk pundak siska. "Ahh tante sakit tau, sama siapa kesini?" siska berkata sambil memegang pundaknya. "Tuh sama mami kamu, liat tuh dia senyum-senyum aja. Hemm btw cowonya beda lagi? si Raka kemana?" dia berkata dengan sedikit menggoda. "Hemm, Raka ada kok, tpi aku lgi jalan sama temen. Biasalah mau nonton". Gue yang dari tadi binggung mesti gimana, akhirnya memberanikan diri untuk berkenalan. "Hemm, saya pisces. Saya tukang ojek-nya siska hari ini bu, eh tante" gue ngomong sampe kebingungan mau manggil bu, tante, atau kaka? Habisnya orangnya masih cukup muda, ya berkisaran antara umur 21 or 22 gitu. "Jangan panggil tante ah, aku kan belom tua loh. Panggil aja kaka atau emba" berkata sambil menggoda gue. "Eh iya, maaf tante. Eh maksudnya kaka" gue ngomong sampe grogi gitu. Dan tiba-tiba mami-nya siska nyamperin kita.
Mami-nya Siska : "Heh Siska pacaran mulu nih. Loh kok beda? Mami kira sama si Raka."
Tante-nya Siska : "Itu pacar barunya Siska loh mba, ganteng ya? Mirip sama mantan mba dulu loh."
Mami-nya Siska : "Sutt kamu tuh buka-buka kartu aja, iya tapi mirip juga ya, cuma kalo yg ini pake kaca mata kuda." ibu-nya berkata sambil ketawa kecil.
Siska : "Ahhh mami sama tante apaan sih, orang aku cuma temenan doang." senyum malu.
Mami dan tantenya serentak mengatakan "Ciee", dan akhirnya tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. Gue cuma bisa senyum aja melihat satu keluarga yang gila-nya sama persis, tapi gue jadi pengen punya keluarga kayak gini, yang asik. Tapi walaupun gue iri, gue harus tetep bersyukur dengan apa yang gue punya sekarang. "Yaudah deh mami sama tante pulang deh, gak mau ganggu yg lgi pacaran. Oh iya jangan malem-malem ya ngaterin pulang anak tante", ibunya Siska pun pergi sambil ngasih senyum yang manis buat gue sama Siska, dan ternyata bibir ibu-nya Siska mirip banget sama dia. Pantes aja senyumnya bikin gue pengen nikahin ibunya *eh.

Kita pun diem-dieman untuk beberapa saat karena sama-sama malu ketika bertemu ibu-nya. Akhirnya gue pun membuka obrolan. "Yaudah yuk lanjut makan Sis" sambil senyum malu sama dia. Kita pun masih makan tanpa bicara (yaiyalah gak bicara, ntar kalo bicara bisa-bisa keselek). Tiba-tiba dia berdehem, dan mengantakan sesuatu "Sorry ya ces, nyokap sama tante gue bikin malu. Emang tuh pada reseh." berkata sedikit kurang enak. "Hahaha santay aja lagi, gue malah seru ngeliatnya hahaha." gue ketawa maksa aja biar keliatan lucu. Suasana mulai semakin garing, gue dan dia cuma diem-dieman aja. Tapi sempet gue lagi mau nengok ke dia. Dan tiba-tiba dia langsung membuang muka. Nah loh, gue yakin nih orang lagi curi-curi pandang sama gue. Gue mandangin dia sambil senyum. "Kenapa lo senyum-senyum sama gue?" kata Siska. "Hehehe, gapapa kok. Lo aja dari tadi ngeliatin makanan gue mulu. Mau gue suapin? Apa mau nambah?" gue berkata sambil menggoda. "Au ah ces, gue malah udah kenyang ini. Minum kopinya ahh." sambil meminum kopi yang masih panas. Dan tiba-tiba "Awww", gue ketawa ngakak saat dia meminum kopi yang masih panas itu. "Lo gak biasa minum kopi? Kenapa tadi mau pensen kopi?" gue berkata sambil ketawa. "Kan gue maucoba ngerasain minum kopi, soalnya kata lu enak kan" sambil menahan panas di lidah. "Ya tapi gak di minum langsung gitu juga kali." gue masih ketawa ngakak. Akhirnya gue saranin untuk di tiup dulu agar tidak terlalu panas. Dan akhirnya "Sruputttt", dia meminum dengan perlahan. Gue berasumsi kalo dia menikmati kopi hangat itu, apa lagi dengan cuaca yang sedang hujan ini, dan tubuh kita yang masih cukup kedinginan gara-gara kehujanan tadi. "Gimana? Enak kan?" gue berkata sambil senyum. "Hemm, iya ces enak. Gue jadi ketagihan. Nambah lagi yuk?" sambil senyum ke gue. "Ngapain banyak-banyak? Ntar gumoh, dah abisin dulu aja kopinya". Kita pun meminum kopi itu dengan melihat keluar jalan, yang notaben-nya masih hujan deras. Rasa dingin itu pun kian semakin hilang, berganti menjadi sebuah kehangatan. Dengan sebuah tatapan bola mata yang indah dan secangkir kopi. Terus menunggu hingga hujan yang membasahi bumi itu berhenti, berganti menjadi awan yang lebih cerah dan pelangi yang akan menghiasi awan tersebut muncul.

(Bersambung)

Jumat, 09 Januari 2015

Aku Si Kakek Jomblo (aku jin botol) Chapter 2

"Aku si jin, aku datang saat di butuhkan dan pergi saat mereka telah bahagia." Kata-kata itu telah menjadi motivasi hidup gue. Dari dulu gue selalu ingin membatu orang yang sedang kesusahan, dan pergi ketika mereka telah bahagia. Kenapa? Karena gue hanya akan merusaknya lagi ketika gue hadir di tengah-tengah kebahagiaan mereka (:

Gue melihat matanya. Mata yang jauh lebih indah di bandingkan bulan malam ini. Kita pun  eye contact, cukup lama gue memandangi mata indah itu, akhirnya gue pun berdehem dan menyudahi eye contact dengan-nya.
Siska : "Hemm, btw ngapain lo kesini?"
Gue : "Gue gak betah di dalem, rame banget gitu jadi malu. Sekalian mau mandangin langit sambil minum kopi hehe.  lu sendiri ngapain disini?"
Muka dia terlihat sedih. Raut mukanya makin gak ngenakin, dan akhirnya air mata itu menetes jatuh ke pipi-nya.
Gue : "Lu nangis? Kalo ada masalah cerita aja."
Siska : "Gue gak nangis. Cuma kelilipan aja." sambil minum bir kalengan yang dia ambil dari meja.
Gue : "Ah alesan aja. Gue bilangin ya, kalo sedih itu jangan di pendem, nanti sakit sendiri"
Siska : "Hemm"
Dia terus meminum bir kaleng itu. Dan akhirnya "Gubrak.." dia terjatuh. Gue panik, gue bingung, gue takut nanti disangka yang enggak-enggak. Gue gendong dia, dan membawa dia ke kursi, lalu membiar kan dia istirahat. Tiba-tiba saja "Hueekkk", aduhh dia muntah ke baju gue. Gue takut ada orang liat dan gue bisa dituduh ngehamili dia, saking bingungnya gue gak ngerti mesti ngapain. Gue pun bergegas kembali kedalam untuk mengambil segelas air putih dan kain pel. Saat gue kembali dia sudah menangis sambil berkata, "Dasar cowo bajingann!!".
Gue : "lo gapapa? Nih air putih." sambil memberikan segelas air putih ke dia.
Siska : "Ahhh, gue gak mau minum air putih. Ambilin gue bir-nya lagi dong" berkata sambil sempoyongan gitu, mirip orang mabuk *eh emang dia mabuk ya? Gue lupa.
Gue : "Enggak lo gak boleh minum bir itu, bir itu ada kecoa-nya. Udah minum nih air putih."
Siska : "Hiii.. Gue takut sama kecoa. Lagian kecoa juga mana mau joinan bir sama gue. Yaudah sini air putihnya." Dia mengambil air putih itu di tangan gue.
Dia minum air putih itu sampe habis, dan tiba-tiba dia tertidur. Argghhh gue takut dia kenapa-kenapa, gue takut dia mati, gue takut di seret ke penjara atas tuduhan pembunuhan orang. Dan masuk berita koran dengan judul "Terlalu lama menjomblo, Kakek-kakek ini mencabuli botol bir". Ahh, gue gak mau itu terjadi, gue gak mau nama gue makin jelek.

Akhirnya gue tungguin dia bangun, 10 menit, 20 menit, 30 menit dia belom bangun juga. Gue cari cara buat bangunin dia. Akhirnya gue punya ide untuk bangunin dia. Ide gue itu, pengen bangunin dia cara disiram pake air se-ember. Tapi gue mikir-mikir lagi, kasian nanti dia kedinginan, akhirnya gue tunggu lagi aja hingga dia bangun. 1 jam telah berlalu, 1 jam setengah juga belom sadar. Gue pun makin panik, gue berasumsi kalo dia sudah mati. Tapi setelah gue cek, dia masih bernafas. Gue ingin melarikan diri, tapi kasian nanti dia di apa-apain sama kecoa. Gue terus merhatiin dia, makin lama di liat-liat, ini cewe makin manis kalo sedang tertidur, gue terus meratiin muka cewe ini. Tiba-tiba "Huaaa", dia kaget ngeliat muka gue yang dari tadi merhatiin dia tidur. Dia memegang tubuhnya seperti orang habis di perkosa, gue pun megang tubuh gue saking kagetnya. Dia liat muka gue sambil teriak "Aaaa..", gue pun sama. Teriak ketika dia teriak, "Aaaa...". Akhirnya setelah kita maen teriak-teriakan seperti Dian Dipa Chandra (itu loh vokalis seurieus band), gue pun menutup mulut-nya dengan tangan gue sambil berkata.
Gue : "Udahhh, jangan teriak gitu bikin gue panik aja."
Siska : "Lu ngapaian disini? Lu pasti ngapa-ngapain gue kan? Ngaku lo?"
Gue : "Dihhh, gak inget lu itu tadi mabuk sampe muntahin gue? Emang lu pikir gue kantong muntah"

Siska : "Ohh iya gue inget, sorry abisnya lo mirip sih"
Njirr, gue dikatain mirip kantong muntah. Keren-keren gini dimirip-miripin sama kantong muntah? oh nih orang songong.
Gue : "Enak aja kangtong muntah." Sambil cemberut manyun.
Siska : "hehehe, sorry sorry. Btw makasih yaudah nemenin gue."
Gue : "Eh iya gapapa kok. Terus lu kenapa tadi? Ada masalah cerita aja."
Spontan muka dia berubah jadi sedih lagi.
Siska : "Iya ces gini, tadi gue berangkat kesini sendiri. Saat gue dateng, gue ngeliat cowo gue lagi mesra-mesraan sama selingkuhannya. Tapi pas gue tanya dia gak mau ngaku, malah ngajakin gue putus." Dia pun curhat dengan suara pecah ingin menangis.
Gue : "Terus lu nerima hal itu?"
Siska : "Hal apa? Kalo di selingkuhin gue jelas gak terima. Dan kalo soal putus gue juga gak terima ces, gue udah terlanjur sayang banget sama dia. Gue gak mau putus sama dia."
Hufftt, dari dulu gue tuh bingung sama cewe. Cewe tuh bego apa gimana ya? Kuat aja gitu bertahan walaupun sering disakitin, kalo gue sih mending gue tendang tuh cowo kelaut. Gue mulai berfikir, ternyata yang di bilang kalo "Cewe itu mempunyai 5 rasa 1 logika, dan cowo mempunyai 5 logika 1 rasa" jadi bener, ternyata cewe kalo udah sayang ya gitu gak pernah pake logika. Sama hal-nya dengan ngupil di depan orang banyak, walaupun memalukan, tapi kalo lagi enak ya lanjut terusss.
Gue : "Tapi kan sis, kalo lu disakitin terus mah namanya dia gak sayang sama lo"
Siska : "Abisnya mau gimana lagi? Udah sayang gitu."

Gue diem aja deh, emang susah kalo udah kayak gini. Akhirnya kita sama-sama ngeliatin langit malam itu, tiba-tiba dia ngeliatin gue sambil senyum. Gue sih pura-pura gak liat aja, karena gue takut ke GEERan, jadi hanya melihat langit malam ini aja. Eniwey kopi gue mana ya? Eh gue lupa sama kopi gue yang dari tadi sendirian, yang menjadi saksi bisu kalo malem ini gue lagi sama cewe cantik, sama cewe yang udah muntahin gue, sama cewe yang aura-nya muncul ketika kita sama-sama melihat bulan dan langit malam yang indah ini.

Gue pun menuju meja, dan mengambil kopi gue.
Siska : "Kenapa? Udah dingin ya?."
Gue : "Hehehe, iya nih. Jadi gak manis lagi kayak muka lo" gue berkata sambil menggoda.
Dia hanya senyum ke gue, tanpa mengatakan sepatah kata pun. Gue pun masih mikirin kata-kata yang tepat untuk di obrolin sama dia. Gue liatin kopi dan sedikit demi sedikit gue minum, ya walaupun udah gak panas, tapi ketika dingin kopi hitam ini cukup terasa pahit. Pahit? oh oke gue tau.
Gue : "Hemm, sis lu tau gak kalo hubungan itu mirip kopi hitam?"
Siska : "Maksudnya?."
Gue : "Ya mirip gitu, coba deh lu nikmati kopi hitam ketika panas. Rasa kopi itu akan begitu terasa nikmat, tapi ketika dingin, kenikmatannya pun hilang dan serasa pahit. Sama seperti hubungan, ketika masih hangat-hangatnya begitu manis, tapi ketika sudah dingin. Semua berubah menjadi pahit"
Siska : "Hemm, lu bener. Mungkin Raka udah berubah, mungkin hubungan yg kita jalani 2 tahun ini udah ngebuat dia bosan, tapi gue gak mau putus sama dia. Ya walaupun gue tau, gue sering banget di sakitin."
Gue : "Tapi lo pernah berfikir buat mencari yg lebih baik? Ya bukan buat di awal, tapi untuk selamanya gitu?"
Siska : "Gue belum bisa ngebuka hati buat orang lain, dan gue yakin si Raka pasti bisa berubah." Sambil senyum ke gua dengan penuh harapan.
Gue : "Ouh gitu, yaudah semangat ya. Gue tau apa pun yang lu pilih itu yg terbaik menurut lo."
Siska : "Makasih ya ces, gue jadi sedikit legaan. Btw itu baju lu gapapa tuh? Pinjem baju aja sama Andi, nanti baju lo gue bawa pulang gue cuciin."
Gue : "Gak usah, gapapa kok tenang aja. Eniwey gue pulang duluan ya udah malem, lu gapapa kan sendiri?"
Siska : "Oh iya gapapa kok, udah biasa sendiri." Sambil senyum. 
Gue : "Oh iya, pin lo dong? atau apa gitu. Mungkin gue bisa jadi temen curhat lo."
Siska : "Oke wait ya."

Kita pun saling bertukar pin, dan gue pulang meninggalkan seorang gadis yang setengah patah hati itu di balkon.Tapi gue cukup senang, karena gue pulang dengan sejuta hadiah senyuman yang dia berikan ke gue ketika menemani dia. Tapi tunggu dulu, gue takut kalo dia bunuh diri, gue takut dia lompat dari atas balkon, gue takut jadi tersangka atas loncat-nya dia dari balkon. Ahhh tidakkk!! Tapi akhirnya gue pulang aja, abis udah malem juga, gue pun belum ngasih makan si manis. Takutnya si manis makanin kancut-kancut gue, itu kan bahaya.

Sampai dirumah, gue pun memberi makan kucing gue. Dan gue melihat keseliling rumah gue, ternyata masih sepi seperti biasanya. Gue pun pernah berharap kalo gue di lahirkan di keluarga yang berbeda. Setelah gue memberi makan kucing gue, gue pun masuk ke kamar, nge-cek satu persatu kancut-kancut gue. Dan ternyata aman, tidak ada yang hilang dimakan Si Manis. Akhirnya tidur dengan meluk foto raisa.

Pagi-nya gue bangun dengan muka bantal. Saking malesnya bangun dari kasur, sampai jam 11 siang pun gue belom mandi, dan masih buka-buka laptop di kamar. Habis-nya setiap weekend gak pernah punya acara sih, jadinya cuma dirumah sambil buka-buka laptop. Tiba-tiba hp gue bunyi dan ternyata si Siska yang bbm gue."Ces, maen yuk. Gue bete nih weekend gak ada temen", wets gue seneng banget tuh di ajakin maen sama cewe ukuran BH 34C *eh, maksudnya sama cewe idaman gue. "Oke, gue jemput rumah lu ya? Kirim alamatnya". Dia pun mengirim kan alamat rumahnya. Ternyata dekat taman yang sering gue datengin itu. Gue pun langsung siap-siap mandi sambil dandan yang ganteng, sulam kumis. Udah terasa cukup ganteng, gue pun berangkat jemput dia dengan motor matic. Sesampai gue di depan rumahnya, duh makin jatuh cinta gue sama dia. Dia mengenakan baju dress warna pink, rambutnya di gerai dan di ikat sedikit di bagian atas, dan rambut yg di ikat sedikit itu, agak di letakkan ke sampingin gitu. Gue gak bisa bilang apa-apa tentang dia, menurut gue dia cantik banget berpenampilan kayak gitu. Tapi apa kabarnya dengan gue? Yang cuma mengenakan baju lengan panjang, celana jeans plus sepatu yang belom gue cuci 5 hari, rambut gue pun belah pinggir lengkap dengan kaca mata kuda milik gue. Dan gue yakin dia pasti malu banget jalan sama gue.

Tanpa sadar gue pun berkata "lo cantik" sambil senyum najis gitu. Dia cuma senyum malu gitu ke gue, dan bisa dipastikan jantung gue bakalan berhenti berdetak untuk beberapa saat. "Lo juga keren kok, btw coba deh sini sebentar", dia ngacak-ngacak rambut gue sampai ketombe dan kutu-kutu gue bertebangan. "Nah lo lebih ganteng kalo rambutnya di jabrik-kin". Owww, gue hampir pingsan dia bilang begitu, dan seakan gue hampir sakit jiwa ketika dia mengatakan "Lo keren kok", gue udah senyam-senyum najis gitu. "ehh, bentar deh kaca mata lo lepas", sambil mengambil kaca mata gue. "Lo jauh lebih ganteng kayak gini" sambil senyum puas abis makeover gue. "Tapi gue gak bisa liat jauh kalo lagi bawa motor, nanti aja deh gue lepas kalo kita udah sampe tujuan" sambil senyum dan mengambil kaca mata gue. Dia senyum sambil ketawa kecil-kecil.
Gue : "Yuk naik."
Siska : "Hemmm, oke. Terus kita mau kemana?" sambil naik di belakang gue.
Gue : "Lu maunya kemana? Gue jadi supir lu deh buat hari ini."
Siska : "Cieelah supir? Ganteng-ganteng emang mau jadi supir gue?" dia nepuk pundak gue.
Gue : "Hehehe, jadi supir buat cewe cantik kayak lo gak masalah kali."
Siska : "Hahaha, yaudah kita pergi nonton aja gimana?"
Gue : "Siap kapten"

Kita pun berangkat dengan canda tawa di setiap perjalanannya......
(BERSAMBUNG)

Selasa, 06 Januari 2015

Aku Si Kakek Jomblo (aku jin botol)

"Aku si jin, aku datang saat di butuhkan dan pergi saat mereka telah bahagia." Kata-kata itu telah menjadi motivasi hidup gue. Dari dulu gue selalu ingin membatu orang yang sedang kesusahan, dan pergi ketika mereka telah bahagia. Kenapa? Karena gue hanya akan merusaknya lagi ketika gue hadir di tengah-tengah kebahagiaan mereka (:

Di pagi ini gue selalu menjalankan rutinitas seperti biasa, bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sekolah, nongkrong di taman, godain mba-mba warteg, pulang, online, dan begitu terus setiap harinya. Dan begitu terlihat bosan, tapi sejujurnya gue gak bosen sih, hanya saja gue merasa selalu kurang. Yaps, sangat kurang perhatian dari orang sekitar, maupun orang tua. Gue pun orangnya sedikit tertutup, tidak ada popularitas di sekolah, tempat nongkrong, atau pun di rumah. Ya mereka hanya mengetahui kalo gue itu kutu buku berkaca mata, ingusan, dan laleran. Huft sungguh sangat tidak menyenangkan di kenal di kalangan umum seperti itu, apa lagi di depan cewe-cewe tukang gosip.

Siang ini gue pergi ketaman. Di sana gue sedang asik memanjat pohon sambil membawa novel yang gue baca, karena cuaca cukup bersahabat, gue pun membaca novel sambil minum cendol di siang hari yg cukup panas tapi sejuk, karena ada angin sepoi-sepoi gitu. Saking asiknya membaca, gue sampe gak menjaga keseimbangan, dan akhirnya "gubrak...". Arrrgghhh kampret, gue terjatuh dari pohon, gue salah bersandar, gue malah bersandar diranting yg cukup kecil buat menahan beban tubuh gue. Ah sial, di sekeliling gue terlalu banyak orang yang melihat. Ahhh gue tengsin banget, akhirnya gue sempet berbaring sebentar. Ada tukang kebun yang dari tadi memperhatikan gue, sambil berkata "jatoh dek?..". Oh enggak kok gue gak jatoh, gue cuma lagi pacaran aja nih sama rumput yang bergoyang. Yaiyalah gue jatoh, malah pake nanya, bukannya di bantuin gitu kek, ini malah nanya. Rasanya ini tukang kebun pengen banget gue iket di atas pohon, terus gue tebang tuh pohon biar jatoh berbarengan sama dia. Gue pun menghilangkan niat jahat gue, akhirnya gue senyum garing aja deh "hehehe, iye bang tadi gak sengaja ngintip rok cewe, jadinya gak fokus. Malah jatoh deh..". Sambil ngomong dengan frekuensi kecepatan maksimum, gue pun langsung duduk di bangku taman sambil ngerasain badan gue yang abis jatuh ketanah. Gue merhatiin baju, buku gue. Ah tidakk, basah semua kena cendol. Gue tengsin, disini banyak banget cewe, gue mau pulang tapi gue malu pulang kotor-kotoran begini, disangka gue abis gagal maling, terus di gebukin warga yang membawa anak kecil, terus di lemparin cendol ke muka gue. Makin sedih deh klo gue pulang lagi berpenampilan seperti ini.

Akhirnya gue duduk sambil nahan kesakitan. Tanpa sadar ada yang ngasih gue sapu tangan. Cukup kaget sih gue, tiba-tiba ada yang ngasih gue sapu tangan. Mungkin dia nyuruh gue buat membersihkan kaca mata gue yang notaben-nya kotor gara-gara cendol itu. Dan gue yakin dia bakalan berkata "Cilukba... Hayoo lo masih inget gue kan? Gak usah inget gue, inget aja utang lo waktu itu, masih kurang ceban". Gue mulai khawatir, gue takut kalo ternyata dia itu om-om di depan rumah gue, yang pernah gue pinjem duitnya buat beli mie ayam. Gue takut diculikk!!! (oh iya gue gak boleh Nethink). Gue pun ngambil sapu tangan itu dan mulai membersihkan cendol yang ada kaca mata gue. Setelah gue selesai membersihkan cendol di kaca mata dan baju gue, gue akhirnya melihat siapa yang memberi sapu tangan itu. Oh dan ternyata dia itu seorang cewe, gue liat sekilas dia cukup cantik, dengan kaos biru lengan pendek, hot pants, berambut panjang, mata yang bulat dan hitam pekat, bibir yang mirip Angelina Jolie, dan ukuran BH kira-kira 34C *eh.

Gue pun menyudahi pandangan gue, dan gue pun bediri lalu berjabat tangan dengan-nya sambil berkata :
Gue : "Makasih ya, btw panggil gue ces"
Cewe : "Ces? nama lo princess apa cesar? kok di panggil ces gitu?"
Gue : "oh enggak, gue cuma sering di panggil pisces aja sama temen-temen gue, jadi pada biasa manggil ces"
Cewe : "oh, gue siska"
Sambil ngasih senyum manis ke gue.
Gue : "oh, siska. Terus lu kesini lagi ngapain? lari sore?"
Siska : "Hemm, enggak kok, gue cuma iseng aja maen kesini" Sambil merubah raut muka menjadi agak sedih.
Gue : "Oh, lu lagi galau ya?" Senyum sambil menggoda dia.
Siska : "Eh gue duluan ya, temen gue udah jemput"
Gue : "Hemm, oke deh. Eniwey makasih ya Sis."
Siska : "Iya sama-sama, duluan ces"
Sambil menutup kaca mobil
Spontan gue inget, sapu tangannya masih sama gue. Gue pun lari-lari sambil teriak "Sis, sapu tangan lo". Mungkin dia tidak mendengar suara gue, karena kaki gue masih lumayan sakit juga, gue pun menghentikan pengejaran itu. Dan gue berfikir, apa ini yang namanya jodoh? Ah gue terlalu kebanyakan nonton film-film melow sama india nih.

Gue pun pulang, rumah gue tampak sepi. Sepertinya keluarga gue sedang asik dengan kesibukan mereka masing-masing. Gue langsung kekamar gue, gue liat dari ujung ke ujung terlalu berantakan mirip sama muka gue yang cukup berantakan ini. Gue males banget bersihin nih kamar, akhirnya gue langsung tidur di tumpukan baju-baju yang numpuk di kasur gue. "meow!!". Gue spontan kaget, ternyata gue nindihin kucing gue yang sedang asik tidur-tiduran di atas kancut-kancut gue. Kucing gue ras persia yang gue dapet dari tetangga gue ini, gue namain "Si Manis". Ahhh gue sebagai pemelihara kucing yang buruk, gue namain kucing gue nama yang sangat pasaran. Abisnya mau gimana lagi, Almarhum-Almarhuma kucing-kucing gue yang lain juga namanya "Si Manis", jadinya udah kebiasaan gitu. Tapi tenang manis, suatu saat gue bakalan nemuin nama yang tepat buat lo.

Gue pun meng-gendong kucing gue dan meletakannya di perut gue, karena notaben-nya gue lagi tidur-tiduran jadi gue biarin kucing gue tidur di atas tubuh gue. Gue pun mau curhat sama kucing gue.
Gue : "Nis, gue tadi seneng banget. Gue ketemu cewe, cantik. Blaa.. blaa.. bla.." Gue curhat panjang lebar dan akhirnya.
Si manis : "grrrr.. grrrr."
Wahh, kampret (eh dia kan kucing bukan kampret). Dia malah molor, gak punya perasaan banget, tuannya lagi curhat dia malah ngorok. Gue pun meletakkan dia di tempat tidur, karena gue adalah tuan yang baik hati, jadi gue meletakknya pelan-pelan. Setelah itu gue mandi, dan menempelkan sapu tangan si siska di mading yang gue buat di kamar, di sebelah foto abstrak gue.

Setelah selesai mandi, gue buka laptop. Gue muter lagu yang pas buat gue banget. Lagu-nya kunto aji - terlalu lama sendiri. Huft nih lagu bener-bener gue banget, setiap gue dengerin lagu ini, bikin gue jadi mikir. Kapan ya gue terakhir menjalin hubungan? Wah udah lama banget pasti-nya. Akhir-nya gue buka situs-situs gak jelas. Gue ngambil gitar, bikin secangkir kopi, dan langsung menuju teras rumah gue. Gue nyanyi lagu munajat cinta (ya cuma itu doang  yg gue hapal hehehe), pas banget buat malem ini, gue masih sendiri. Tapi karena suara gue yang mirip kambing keselek biji duren, gue pun menyudahi maen gitar-gitar gue. Takut-nya tetangga gue mikir kalo gue sedang menyiksa si manis sampe menjerit gitu. Tapi gue baru inget. Kopi gue mana ya? Arggghh gue lupa, kopi gue masih tertinggal di dapur. Gue lari-lari ke dapur dan mengambil kopi gue, lanjut balik ke teras rumah lagi.

Gue liat kopi gue udah gak panas lagi, yah mau gimana lagi kopi telah menjadi dingin. Gue sruput pelan-pelan kopi itu, gue pun sedikit berfikir. Kenapa ya jarang ada orang yang suka sama kopi hitam? Apa karena terlalu pahit? Hemm, gue pun berasumsi. Kalo "hidup ini seperti kopi hitam, akan begitu pahit ketika kita tidak bisa menikmatinya, tapi ketika kita tau cara menimaktinya. Manisnya pun tiada tara. Sama hal-nya dengan hidup. Jika kita tidak dapat mensyukuri apa yang ada, hanya akan merasa pahit-nya sebuah dunia nan kejam ini". Dan akhirnya gue menutup aktivitas gue hari ini, gue meranjak ke kamar buat tidur. Sebelum tidur gue masih mikirin si siska, gue berharap bisa ketemu dia lagi, niat gue baik buat ngembaliin sapu tangan ini, itu niat baik gue. Tapi niat buruk gue ya culik dia, terus pergi kepulau terpencil dan akhirnya paksa menikah dia. Dan kita pun hidup bahagia bersama (sambil senyum mesum dan ketawa dalam hati).

Keesokan hari-nya setelah gue pulang sekolah, gue kembali ketaman. Gue memantau dari ujung ke ujung. Kenapa ya siska gak ada? Apa dia trauma ketemu sama gue? Arrrghh pasti dia mikir kalo gue ini binatang langka yang ingusan. Akhirnya sejam, dua jam, tiga jam. Dia gak dateng juga, gue berfikir mungkin besok aja gue kesini lagi. Esoknya pun tetap sama, dia tidak ada di taman itu. Gue nyerahhh, gue putus asa, ternyata gue terlalu banyak nonton film-film melow sama india. Akhirnya keesokan hari-nya gue gak pernah datang lagi kesana, gue takut di PHP-in *eh, bukannya di PHP-in sih. Tapi emang gue nya aja yang berharap buat ketemu siska lagi. Hemmm.

"Trutt..tt.t..Truttt..tt.....Trutttt..." Ternyata hp gue ada sms dari sahabat SD gue.
Temen lama : "Woyy ces, kemana aja lo gak ada kabar? udah mati apa?"
Gue : "Ahh lo gak berubah-berubah, masih songong aja. Gue sumpahin lu gak punya cewe!!"
Temen lama : "Ahh udah basi sumpah-sumpahan kek gitu. Di sumpahin kayak gimana pun juga cewe gue banyak ces"
Gue : "Ahh bodo amat, eniwey tumben lo sms gue ada apaan?"
Temen lama : "Oh iya, gue lupa bilang kalo besok gue ultah. Lo dateng ya?"

Gue : "Hemm, nanti ya kalo gue gak sibuk ;p"
Temen lama : "Dih, najis sok sibuk lu, pokoknya jangan lupa dateng acara gue."




Gue masih mikir sih, di acara ulang tahun temen gue itu mau make baju apa? Gue tuh orangnya gak modis, yang ada malah jadi bahan bullying temen gue. Akhir-nya gue kesana pake jaket, celana jeans, dan sendal gunung. Gue pun berangkat, gue berangkat memang lebih cepat dari jadwal yang di tentukan. Supaya gak jadi pusat perhatian, jadi pas gue dateng gak ada yg ngeliatin, gue pun aman dari tatapan para cewe-cewe penggosip (padahal gue tau bukan gue yg digosipin).

Wuihhh, rame banget yang dateng. Banyak sih yang gue kenal, tapi gue yakin mereka gak ada yang kenal gue. Gue bersyukur karena gue yakin mereka berfikir kalo gue cuma sekedar patung ingusan, gak ada ketertarikan buat di jadiin bahan gosipan. Karen saking rame-nya gue pun minta izin temen gue buat ke balkon rumah dia, buat menatap bintang malam (tidak lupa bawa kopi heheh). Saat gue menuju di balkon, ada sepasang pemuda sedang marah-marahan. Gue berargumen kalo mereka sepasang kekasih yang sedang dalam tahap kehancuran hubungan. Sang cowo pun pergi meninggalkan cewe itu di balkon. Cewe itu sedang menatap langit malam yang sunyi itu.

Hemm gue pun memulai obrolan.
Gue : "Langit malam sungguh gelap ya?"
Cewe : "Hemm" dia hanya berdehem
Gue : "Lo mau kopi?"
Cewe : "Enggak makasih, gak suka kopi"
Gue : "Oh, lu tau gak kopi ini mirip dengan langit malam ini?"
Cewe : "Iya mirip hitamnnya kan?"
Gue : "Hemm, iya sih hitamnya mirip. Tapi lo sadar gak? Kalo kopi yang hitam pekat itu menjadi saksi bisu si penikmat kopi. Dalam hitamnya ini memiliki sebuah kenikmatan dan kenikmatan itu menjadikan si hitam ini begitu manis."
Cewe : "Hemm.." hanya berdehem lagi
Gue : "Layak-nya kopi hitam ini, langit pun sama. Menjadi saksi bisu kisah-kisah malam yang terjadi setiap saat, Dan yang tersakiti di malam ini, hanya bisa melihat indah-nya langit malam itu"
Cewe : "Lo nyindir gue?" sambil nengok
Gue : "Enggak. Eh elo?"
Cewe : "Elo?" 




 "BERSAMBUNG"



 Di bikin bersambung, biar baca-nya gak puyeng-puyeng klo kebanyak kan :D hehehe