Minggu, 04 Oktober 2015

Melewati Malam

Malam yang dingin. Aku berjalan sendiri, menahan dinginnya angin malam, dan berjalan di temani cahaya rembulan yang cukup terang, tanpa bintang yang tidak menapamkan diri di langit malam.

Malam ini aku berjalan sendiri, kira-kira pukul 02.00 dini hari. Di kesendirian ini aku masih menyempatkan mengingat kamu yang selalu berada disampingku. Merangkul tangan dingin ini, berbicara, tertawa, membuatku cemberut. Membuat aku tiba-tiba merasa rindu. Rindu akan nafasmu yang seakan membuat bulu-bulu kecil ini terasa hangat.

Kita berjalan bersama, melewati malam dengan ribuan bintang yang tak nampak di langit malam. Berbagi cerita. Dan aku selalu berfikir. Apakah malam cemburu kepada kita? Karena dingin malam telah di kalahkan oleh hangatnya pelukan kita. Namun seketika itu pula bayangan masa lalu itu memudar. Aku tersadar dari lamunan itu, aku sadar kalau malam ini sedang tidak lagi bersamamu. Bahkan mungkin bukan untuk hanya malam ini, tapi mungkin memang untuk kedapannya aku tidak bisa lagi merasakan itu semua. Karena hubungan yang telah kamu sudahi ini, membuat diriku sangat terlalu terpukul. Membuat aku merasakan patah hati untuk kesekian kalinya. Membuat seorang laki-laki, terlalu hanyut dalam sebuah perasaan, dan tiba-tiba menjadikanku bagaikan wanita. Mungkin jika seseorang melihat ku yang sedang mencoba menahan sedih, mereka pasti akan tertawakanku. Bukannya aku lemah soal perasaan, tapi memang kali ini aku terlalu mencintainya. Dan dia pun menyudahin hubungan ini ketika diriku masih begitu menyayangin-nya.

Namaku Lawdie Alexander, seorang anak SMA yang sedang mencari jati diri. Seorang yang sedang merasakan patah hati ketika melewati malam seorang diri. Aku adalah cowo SMA yang cukup populer di kalangan para wanita-wanita yang suka menggosip. Ya, walaupun aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan tentang diriku, tetap saja aku tidak begitu peduli. Aku hanya menganggap mereka sekelompok burung pelikan yang sedang berkumpul untuk menunggu ikan terdekat untuk dimakan. Dan yang ku tau mereka hanya sedang membicarakan apa yang mereka tidak tau, yang hanya mereka lihat dari apa yang terlihat, tapi tidak pernah tau apa kebenarannya.

Law, panggilan teman-temanku untuk ku, di ambil dari 3 huruf nama depan ku. Seoalah namaku terdengar seperti tokoh petarung di game tekken yang bertarung dengan gaya bruce lee. Sedangkan keluargaku memanggil ku dengan sebutan Diel. Dan sampai sekarang aku pun tidak mengerti kenapa mereka memanggilku seperti itu. Tapi aku tidak terlalu memusingkan panggilan itu semua, yang jelas aku tetap nyaman dengan panggilan yang mereka buat untukku.

Kembali berjalan di daerah komplek perumahanku, biasanya sebelum sampai dirumah aku dan Ariadne Firza atau yang biasa ku panggil dengan sebutan Neza. Dia adalah pacarku kala itu, bukan untuk malam ini, karena dia telah mengakhiri hubungan kita.

Neza adalah cewe yang ku temui 2 tahun lalu, ketika sedang liburan keluarga di bandung. Saat itu kita bertemu tanpa kesengajaan. Bertemu ketika kita berada di sebuah penyewaan kapal pedal, dan terjadi perselisihan untuk merebutkan kapal terakhir yang tersisa. Dan berakhir untuk berbagi kapal tersebut bersamanya. Cukup kesal, karena memang aku sengaja berpisah dengan keluargaku untuk menyendiri dan menikmati pemandangan danau di bandung itu. Tapi berakhir dengan berbagi kapal yang hanya cukup untuk berdua, dengan seorang yang bahkan belum aku kenal.

Saat itu penglihatanku tentang Neza hanya lah seorang cewe ababil yang cerewet. Memang dia cukup cantik dengan rambut panjangnya, hidung mancung, bibirnya yang cukup menggoda, dan bola mata-nya yang besar dengan pupil mata hitam pekat. Tapi sayangnya dia adalah cewe berpenampilan natural, berpenampilan kurang menarik, dan tanpa ada polesan sedikit pun diwajahnya. Saat berada di atas kapal kecil itu, kita sedikit canggung, penyebabnya ya memang karena perselisihan perebutan kapal tadi.

Dia terlihat diam memandangi pemandangan, dan diriku hanya sibuk mengabadikan karya tuhan yang memang indah itu dengan camera ku. Sesekali diriku mencuri-curi pandang, melihat dia yang sedang melamun seperti seseorang yang bosan dan menahan kantuk. Sesekali diriku mencuri fotonya, mencuri foto dirinya yang melamun. Tersenyum kecil diriku, merasa cukup jahat ketika melakukan tindakan mencuri foto kepada orang yang bahkan belum ku kenal.

Selesai mengabadikan pemandangan danau itu, seketika aku mulai cukup bosan. Dan cewe di sebelah pun tetap melamun memandangi danau. "Hey, gue Law. Lawdie Alexander", diriku mencoba memecahkan suasana canggung itu, mengulurkan tangan untuk berjabat. Tapi dia masih tetap diam dan mengacuhkan tangan ku. "Hemm, okey." diriku menarik tangan ku kembali dengan raut muka yang cukup kesal dengan sikapnya. "Ariadne Firza", dengan nada jutek-nya dia memperkenalkan namanya.

Ariadne Firza, hemm nama yang cocok untuk gadis cantik berambut panjang itu. "Lo marah sama gue? Soal kapal ini? Ayolah kan memang sisa satu, dan gue juga lagi pengen keliling danau." diriku membuka obrolan untuk mencairkan suasana canggung. Dia masih terdiam dalam lamunannya, aku pun kurang mengerti dia mendengarkan apa yang kukatakan atau tidak. "Gue gak mempermasalahkan masalah kapal ini, ya memang gue cukup kesel, tapi ya gapapa lah. Setidaknya gue bisa tidur disini." Cetusnya masih dengan nada jutek.

Akhirnya kita kembali dalam diam. Dia diam lamunannya dan aku kembali sibuk melihat hasil foto-foto ku di camera. Tiba-tiba belum sempat semua hasil foto itu aku lihat, entah kenapa diriku merasa berat ketika mengayuh pedal kapal bebek itu, dan tersadar. Tenyata aku mengayuhnya sendirian, Firza yang sedari tadi melamun, tiba-tiba tidur dengan pulas disampingku yang sedang berusaha mengayuh sekuat tenaga. Terfikir di kepalaku untuk mengabadikan kejadian ini. Ketika diriku sedang mempersiapkan camera, diriku cukup kaget karena Firza tiba-tiba menyandarkan kepala-nya di bahu ku. Aku terdiam dan bingung harus melakukan apa, pada akhirnya diriku membiarkan dia tertidur dan mengayuh kapal itu sendiri sampai ketepian. Karena dia tertidur seperti ini, diriku mencoba untuk menahan kepalanya dengan tangan, agar tidak terjatuh secara tiba-tiba karena tubuhku yang bergerak ketika mengayuh pedal kapal itu.

Sesampai kita di tepian, diriku mencoba membangunkannya dengan cara menampar pelan-pelan pipinya, dan tak lama pun dia sudah terbangun. Mengucek-ngucek mata, dan terdiam sebentar, tapi masih tetap menyandarkan kepala-nya ke bahu ku. Aku berfikir mungkin dia terlalu lelah hingga tidak sadar kalau dia masih bersadar kepadaku. Dia pun mengangkat kepala lalu turun dengan perlahan dari kapal itu. Diriku yang notaben-nya masih berkeringat karena cukup lelah mengayuh sendiri kapal itu hingga sampai ketepian. Perlahan dia meninggalkan ku sendiri di tempat penyewaan kapal itu. Tapi tiba-tiba saja dia berbalik arah sambil merogoh-rogoh tas ransel yang dia bawa dan mengeluarkan sapu tangan berwarna ungu dengan sedikit notif bunga di ujungnya. "Nih bersihin dulu keringat lu." sambil memberikan sapu tangan itu. Aku hanya tersenyum kecil lalu mengambil sapu tangan itu dan berkata, "Thank's yak, btw lu gak takut gue apa-apain tadi?" Diriku mencoba menggodanya. "Gue tadi cuma setengah tidur, jadi kalo lu macem-macem ya pasti gue sadar. Dan walaupun lu macem-macem, mungkin di kapal tadi gue udah ngedorong lu sampai jatuh ke danau." Dia berkata dengan nada candaan sambil tersnyum manis. Sungguh lukisan tuhan yang lebih indah dari pemandangan danau ini, membuat diriku tersipu malu. Membuat detak jantung tidak beraturan. Irama detak jantung yang mengebu-gebu ini seakan membuat diriku gelisah tapi di sela-sela itu diriku begitu menikmatinya.

Aku yang sedang melamun, dan memikirkan apa yang terjadi saat ini. Tiba-tiba tersadar karena dia diam-diam melangkah pergi, meninggalkan aku yang sedang merasakan rasa yang aneh ini. Ketika cukup jauh dari jarakku terdiam, dia pun berteriak "Terima kasih" sambil tersenyum manis kepadaku.

Diriku hanya terdiam, mencoba menormal kan otak yang sedang mengalami gangguan. Dan tanpa sadar diriku berfikir "Apa aku jatuh cinta kepada orang yang baru kutemui?" dan aku hanya bisa menjawab "Mungkin" sambil tersenyum simpul.