Oke gue gak mau memperburuk suasana. Gue juga udah lumayan lama gak nulis lagi di blogger gak jelas gue ini, sebenernya sih bisa di bilang bukan nulis, lebih tepat gue kebanyakan curhat yang gak jelas gitu. Dan gue juga gak mau memperburuk curhatan gue kali ini, jadi kita langsung aja ke alur ceritanya.
Disini gue mau jelasin seseorang yang begitu menikmati kata-kata, dan yang gue maksud adalah orang yang begitu percaya kepada kata-kata seseorang. Gue mau ceritain kenapa rata-rata orang lebih memilih mereka yang mempunyai kata-kata manis, ketimbang suatu pembuktian. Entah kenapa itu juga yang gue alami saat ini. Oke gue jadi
Alasan yang begitu kuat kenapa rata-rata orang memilih mereka yang bermulut manis. Ya karena kata-kata mereka itu seperti sebuah penyemangat, walaupun pembuktian mereka jauh berbeda dari apa yang mereka katakan (NB:mereka yg gue maksud orang yg suka memberi kata-kata manis). Orang yang jelas-jelas memberikan sebuah pembuktian kadang kalah oleh orang yang memberikan kata-kata manis. Karena kata-kata itu adalah sebuah doa yang penuh harapan. Entah itu akan terjadi atau tidak, yang jelas harapan itu cuma satu, "TERKABUL" :)
Entah mesti dibilang apa buat mereka yang terlalu menikmati kata-kata, sampai kadang melupakan apa itu pembuktian. Melupakan apa yang benar-benar membuktikan, ketimbang mereka yang terus mengucapkan janji manis yang selalu menjadi penyemangat.
Kadang bingung untuk menetapkan siapa yang salah siapa yang benar. Menetapkan hati pun cukup sulit untuk memilih mana yang membuktikan dan mana yang selalu mengucapkan hal-hal manis. Yang jelas orang-orang yang hidup dalam nikmatnya sebuah kata-kata, adalah mereka yang terlalu mencintai orang itu. Oh bukan, yang jelas salah mencintai. Dan kadang berfikir untuk berhenti karena ucapan mereka yang tak kunjung terkabul, yang tak kunjung terlihat dalam sebuah pembuktian.
Tapi lagi-lagi dengan ucapan manis itu, mendatangkan semangat untuk terus berjalan kembali lagi. Tanpa sadar kata "Menyerah" hanya melewati kepala. Entah kenapa kaki mulai terus berjalan untuk melanjutkan, untuk menuju ke sebuah suara yang terdengar merdu, nyaman, dan menjadikan sebuah moodboster. Walaupun tanpa disadari kata-kata yang terdengar itu adalah racun termanis :)
Begitu bodoh bukan yang menikmati kata-kata? Hanya memperjuangkan yang terdengar manis, tapi mengabaikan yang telah membuktikan. Lagi-lagi sang penikmat kata-kata tidak pernah berfikir konsekuensi-nya, mereka terlalu terbawa suasana suara merdu itu. Seakan suara itu mendorong untuk terus kedepan, bagaikan sebuah bisikan "Percaya lah suatu hari akan ku buktikan", dan si penikmat terus dan terus mencoba percaya. Walaupun pembuktian tak pernah datang, tapi mereka tetap menunggu.
Menunggu hari demi hari, pembuktian pun tak pernah terlihat. Tapi tanpa sadar sang penikmat kata-kata tetap mempercayai kata-kata manis itu.
Dan apa yang terjadi setelah apa yang ditunggu oleh sang penikmat kata-kata tak kunjung datang juga? Sang penikmat kata-kata yang sedang menunggu pembuktian akhirnya lelah, walaupun terkadang masih tetap berharap. Dan akhirnya si pembuat suara manis itu menghilang. Selangkah demi selangkah menghilang. Hanya meninggal seseorang yang sedang menunggu pembuktian.
Entah apa yang ingin dilakukan si pembuat suara manis itu, entah ingin mencoba mencari korban baru? Yang jelas si penikmat kata-kata hanya bisa tersenyum dari kejauhan.
Merasa kesal? Marah? Mungkin si penikmat kata-kata merasakan itu semua, tapi si penikmat kata-kata percaya, apa yang dikatakan si suara manis itu adalah sebuah doa. Dan sebuah doa memang terkadang tidak terkabulkan, bukan tidak. Tapi kemungkinan besar doa itu terwujud oleh orang setelahnya (: